07 November 2019
dilihat 193x
Mobilku.com - Uber telah mengumumkan pendapatan kuartal ketiga dimana mereka membukukan kerugian net sebesar 1,2 miliar dollar AS atau sekitar 16,8 triliun Rupiah. Namun, angka itu masih jauh lebih baik dari kuartal sebelumnya yang mengalami kerugian sebesar $ 5,2 miliar. Sebagian besar dari jumlah tersebut (sekitar $ 3.9 milyar) diatribusikan kepada kompensasi stock-based (berdasarkan saham) yang terkait dengan penawaran umum perdana perusahaan. Laporan ini di luar ekspektasi Wall Street dimana mereka mengasumsikan bahwa perusahaan akan mengalami kerugian sebesar $ 1,5 miliar.
Uber mengatakan bahwa mereka menghasilkan $3.8 milyar sebagai omset selama periode empat bulan yang berakhir pada bulan September. Omset atau total pembayaran dari pelanggan kepada Uber sebelum pembayaran kepada pengemudi dan biaya atau diskon lainnya, tumbuh menjadi $ 16.5 milyar. Pertumbuhan yang mewakili 29 % dari tahun sebelumnya.
Uber telah berada di bawah tekanan dari investor untuk membendung kerugian yang sangat besar dan menunjukkan bagaimana hal itu dapat mencapai keuntungan.Uber dan Lyft, yang mana keduanya sudah go public tahun ini, telah menetapkan catatan untuk jumlah uang yang rugi dari tunggakan masing - masing IPO mereka. Semenjak go public, kedua perusahaan tersebut mengalami kerugian yang berkelanjutan. Minggu lalu, Lyft melaporkan telah mengalami kerugian sebesar $ 463 juta, atau $ 121.6 juta setelah disesuaikan dengan EBITDA atau disebut sebagai laba perusahaan sebelum dikurangi bunga utang dan pajak terutang yang harus dibayarkan kepada pemerintah.
Pekan ini diperkirakan harga saham Uber akan bergejolak karena para investor besar Uber awalnya tidak diizinkan untuk menjual saham mereka sampai periode pengkuncian berakhir pada tanggal 6 November. Hal ini berarti investor awal sekarang dapat memutuskan untuk menjual sahamnya secara agresif sampai dengan akhir tahun. Analisa mengestimasikan bahwa saham sebesar 1.7 milyar akan memenuhi syarat untuk dijual, kasarnya 90% dari total keseluruhan, menurut Wall Street Journal.
Sebagai respon dari biaya operasional yang besar, Uber melakukan pengurangan karyawan. Perusahaan tersebut telah mengurangi lebih dari 1.000 karyawan selama kuartal terakhir, atau sebanyak 2% dari seluruh SDM (sumber daya manusia). Pertumbuhan pasar Uber yang terbesar masih berada di Amerika Utara dimana pendapatannya bertambah sebesar 39% dibandingkan dengan kuartal ketiga pada tahun 2018.
Sementara itu Uber masih dibawah tekanan, menyusul laporan penghasilan Lyft minggu kemarin ketika eksekutif perusahaan tersebut merevisi ekspektasi untuk mendapatkan profit. Asisten pendiri Lyft mengatakan mereka memperkirakan kalau mereka sudah dapat mulai menggarap keuntungan pada akhir tahun 2021, setahun lebih cepat daripada proyeksi semula.
Sebelumnya, Uber mengatakan akan mulai mendapatkan uang dalam waktu tiga sampai empat tahun dan ingin mencapai keuntungan EBITDA sepenuhnya di tahun 2021. "Saya akan merasa sangat kecewa apabila Uber tidak bisa mendapatkan profit dalam waktu 3 tahun," kata Khosrowshahi kepada CNBC pada musim panas lalu. "Para investor berharap segera menguntungkan. Saya pikir usaha transportasi adalah usaha yang paling matang, jadi proyek ini akan segera memasuki area keuntungan lebih cepat daripada usaha kami lainnya."
0 Komentar
Tambah Komentar