Tiga serangkai perusahaan Jepang, Suzuki, Toshiba dan Denso berkolaborasi membangun perusahaan produksi baterai Lithium-Ion untuk mobil listrik di India.
Menurut Suzuki, perusahaan baru itu akan didirikan pada tahun ini dengan investasi awal 20 miliar Yen (hampir Rp 2,5 triliun). Produksi akan dilakkan secepat mungkin. Dalam pernyataannya, Suzuki menjelaskan alasan mendirikan pabrik baterai. Pemerintah India akan menerapkan standar emisi CO2 yang lebih ketat. Sebagai produsen mobil kompak, jenis mobil paling populer di India, menyiapkan teknologi ramah lingkungan yang cocok untuk mobil dengan harga terjangkau sangat penting bagi Suzuki.
Dengan menggandeng Toshiba dan Denso, Suzuki memastikan stabilitas pasokan baterai lithium-ion dan dan berkontribusi dalam program pemerintah Make in India. Dalm perusahaan joint venture itu Suzuki menguasai 50 persen saham, Toshiba 40 persen dan Denso 10 persen.
Langkah Suzuki ini merespon rencana pemerintah India untuk meningkatkan populasi mobil ramah lingkungan. Di negeri pimpinan PM Narendra Modi itu, industri otomotif menjual 22.000 mobil listrik dalam periode 2015 - 2016. Pemerintah punya target ambisius penjualan kumulatif 6 - 7 juta mobil hybrid dan listrik. Untuk mencapai target itu, pemerintah India meluncurkan sejumlah insentif.
Namun terbatasnya infrastruktur isi ulang listrik, harga mobil yang mahal membuat calon pembeli mobil listrik berpikir ulang. Memproduksi baterai di dalam negeri menurunkan biaya produksi dan harga baterai juga diharapkan turun. Karena baterai merupakan komponen harga terbesar mobil listrik, penurunan harga baterai akan mendorong harga mobil listrik lebih terjangkau.