Produsen baterai Samsung SDI sudah bisa memproduksi baterai solid-state dalam dua tahun kedepan. Hal itu diungkapkan salah seorang petingginya secara anonim kepada Korea Herald, akhir pekan lalu.
"Level teknologi kami untuk memproduksi baterai solid-state akan cukup matang dalam dua tahun kedepan. Namun semua tergantung pada Samsung Electronics yang akan menentukan apakah akan akan menggunakan baterai itu atau tidak di ponsel mereka," kata sumber itu.
Baterai solid-state diyakini lebih aman, dengan resiko meledak lebih kecil. Saat ini, selain Samsung SDI, rivalnya LG Chem juga mengembangkan teknologi ini. "Sepanjang yang saya ketahui, tingkat penguasaan teknologi baterai kami setara dengan rival kami," tambahnya.
Solid-State baterai adalah teknologi masa depan yang berpotensi menggantikan baterai lithium-ion yang sekarang umum dipakai di perangkat elektronika, hingga mobil listrik. Karena menggunakan elektrolite berbentuk padat, maka resiko bocor lebih kecil dibandingkan lithium ion yang menggunakan elektrolit cair. baterai biasanya terpicu meledak ketika cairan dalam bateri bocor dan kontak dengan udara atau air. Isu baterai meledak menjadi fokus ketika sejumlah perangkat Galaxy Note 7 meledak dan menyebabkan recall besar-besaran terhadap produk itu.
Meskipun berpontesi untuk digunakan di mobil listrik, namun baterai solid state butuh waktu lebih panjang untuk di aplikasikan. Baterai harus lolos dari sejumlah pengujian keselamatan yang sangat ketat karena menyangkut nasib pengemudinya.
"Baterai ini akan diaplikasikan untuk ponsel dulu sebelum mobil listrik. Aplikasi untuk mobil diperkirakan pada 2025," kata sumber tersebut.
Saat ini produsen mobil Toyota diketahui memiliki kemampuan teknologi solid state paling maju di seluruh dunia. Sekitar 200 orang insinyur bekerjakeras menggembangkan baterai solid-state di Higashi Fuji Technical Center dan diharapkan bisa mulai dikomersialisasi sekitar 2020.