Toyota Motor Corp. akan memasarkan mobil listrik di China dan India mulai 2020 dalam upaya mempercepat penetrasi mobil listrik ditengah semakin ketatnya regulasi konservasi lingkungan hidup.
Toyota akan mendesain mobil listrik sendiri khusus untuk pasar China. Tidak tertutup kemungkinan akan memasarkan mobil listrik yang dikembangkan mitranya China dengan merek Toyota. Hal itu diungkapkan petinggi Toyota di China, Hiroji Onishi, disela-sela Guangzhou auto Show.
Hal ini juga menandakan kembalinya Toyota memasarkan mobil listrik setelah menghentikan produksi mobil listrik Toyota RAV4 EV tahun 2014.
September lalu, Presiden Toyota, Akio Toyoda mengakui, perusahaan sedikit terlambat dalam pemasaran mobil listrik, sementara para pesaingnya bergegas masuk ke segmen ini.
"untuk merespon perkembangan permintaan mobil listrik di China, kami mempertimbangkan mitra kami menyediakan mobil listrik untuk kami," kata Onishi. "Kami juga akan terus melanjutkan pengembangan semua aspek yang di definisikan oleh China sebagai mobil-mobil dengan energi terbarukan termasuk plug-in hybrid dan fuel-cell vehicles," tambahnya.
Agar bisa memenuhi persyaratan dengan regulasi pemerintah China, mobil-mobil listrik itu harus diproduksi di dalam negeri China. Jurubicara Toyota di China menolak menginformasikan dimana nantinya pabrik perakitan mobil listrik mereka.
Dalam sepuluh bulan pertama tahun ini, Toyota menjual 1,07 juta mobil sementara Honda 1,16 juta dan Nissan 1,17 juta.
Sebelumnya, Daimler AG dan mitranya, BAIC Motor Corp. menginvestasikan 5 miliar Yuan (US 755 juta) di China untuk memproduksi mobil listrik dan juga baterai-nya. Tujuan investasi ini agar bisa memenuhi kuota produksi mobil listrik di China. Kedua perusahaan itu akan melokalisasi produksi mobil listrik di China. Daimler bersama partnernya akan memproduksi mobil listrik mulai 2019 dengan merek EQ.
China menargetkan penjuaan 2 juta mobil listrik dan plug-in hybrid mulai 2020. Pemerintah juga memperlihatkan rencana jangka panjang untuk menghapus mobil bensin atau diesel.