Apakah ponsel masa depan bakal seperti lego, yang bisa dibongkar pasang sesuai keinginan pemiliknya? Menurut Google jawabannya Iya. Saat ini mereka mengembangkan Project Ara untuk melahirkan modular smartphone, dimana komponen seperti baterai, kamera, speaker bisa dengan mudah di tukar pasang sesuai keinginan pemiliknya, atau kustomisasi.
Sebagai konsumen, sebenarnya kita sudah melakukan kustomisasi ponsel, seperti mengunduh applikasi sesuai gaya hidup, memilih casing pelindung yang cocok dengan selera. Konsep modular smartphone melangkah lebih jauh. Kelak, bukan hanya perangkat lunak saja tapi juga perangkat keras juga bisa disesuaikan kebutuhan dan selera. Misalnya hobi jeprat-jepret dengan kamera, kameranya tinggal ditukar dengan yang lebih tinggi resolusinya. Jika akan berkemah diluar kota yang tidak bisa mengakses listrik, tinggal tukar baterai dengan yang lebih besar kapasitasnya. Menukar-nukar komponen seperti ini lebih murah, lebih mudah daripada membeli utuh satu smartphone.
Dua pekan lalu Google menjelaskan lebih detail tentang proyek ini di depan peserta I/O Conference. Dalam kesempatan pertemuan dengan para developer itu, dijelaskan bagaimana sistem ini bekerja, bagaimana bisa harmonis dengan landscape saat ini dan lain sebagainya.
Rafa Camargo, Kepala Technical and Engineering di Google's Advanced Technology and Projects (ATAP) menjelaskan, frame utama Ara terdiri dari perangkat keras esensial sepereti CPU, GPU, antenna, sensor-sensor, baterai dan layar. Jadi produsen modul tidak perlu pusing dengan perangkat dasar itu. Developer bisa focus mengembangkan modul-modulnya.
Ada enam slot untuk menempatkan modul dan semua slot generic serta mendukung semua fungsi. Jadi pengaturan modul bisa bebas di slot mana saja. Greybus, perangkat lunak Ara yang mengendalikan susuna modular itu bisa mendeteksi posisi setiap modul. Jadi tinggal plug-and-play dan tidak perlu reboot.
Karena sifatnya modul, beberapa teknologi yang niche –peminatnya sangat sedikit dan terlalu mahal untuk dipasangkan di ponsel- bisa dibuatkan modulnya. Contohnya modul untuk kamera 3-dimensi. Ini membuka cakrawala baru bagi para developer untuk mengembangkan perangkat keras baru yang tak terbayangkan sekarang. Mungkin Google membayangkan dampaknya seperti ketika Android memicu perkembangan aplikasi yang kita nikmati sekarang.
Ini bukan ide orisinil Google. LG sudah memasarkan smartphone LG G5 yang menggunakan konsep ini. Beberapa komponen LG G5 bisa ditukar pasang seperti baterai. Komponen-komponen yang bisa ditukar pakai LG G5 disebut Friends. Motorola juga sedang bersiap-siap meluncurkan versinya sendiri yaitu MotoMods.
Ponsel modular pertama diciptakan oleh Modu tahun 2008. Perangkat ini menggunakan ‘jaket ‘ semacam casing yang dilengkapi dengan MP3, keyboard dan fugsi lainnya. Modu tidak berhasil mencapai popularitasnya. Tahun 2011, perusahaan Israel ini bangkrut. Beberapa bulan kemudian, Google buru-buru membeli beberapa hak paten Modu dengan harga USD 4.9 juta. Bersama dengan matinya Modu, konsep modular juga tenggelam.
Tahun 2013, konsep ini muncul kembali dengan nama PhoneBloks yang dibawa oleh desainer Belanda, Dave Hakkens. September 2015 muncul FairPhone2 yang disebut-sebut sebagai modular phone pertama yang dipasarkan. Namun baru sekarang konsep ini diperhatikan dunia.
Masa depan Project Ara tergantung pada dukungan ekosistemnya. Saat ini Google sudah bekerjasama dengan Samsung, E-ink, Micron, Sony Pictures dan Harman untuk memproduksi modul-modul. Jika semua berjalan sesuai rencana, tahun depan konsumen sudah bisa membelinya.