Reaktor Nuklir Fukushima menjadi ladang pembantaian robot. Sejumlah robot yang ditugaskan memeriksa reactor itu ambruk tidak tahan terpapar radiasi nuklir yang jauh diatas ambang batas. Beberapa anggota Nuclear Regulatation Authority mulai skeptis untuk terus mengirim robot kedalam reactor .
Reaktor Nuklir Fukushima rusak akibat gempa dan tsunami besar 2011 lalu. Bahan bakar nuklir yang menjadi bahan bakar pembangkit listrik itu bocor dan meleleh. Radiasi yang ditimbulkan jauh diatas ambang batas dan membahayakan nyawa manusia. Upaya untuk menemukan lokasi kerusakaan akhirnya diserahkan pada robot-robot yang dikontrol dari jarak jauh. Namun robotpun rusak tidak tahan terhadap paparan radiasi.
Karena itu muncul suara-suara yang semakin nyaring untuk menggunakan metode survey baru, apalagi setelah robot terakhir hanya baru mendapatkan sedikit penemuan lalu mati. “Kita harus menggunakan metode penyelidikan baru yang lebih singkat dan cara yang lebih bijaksana,” kata salah seorang angggota senior NRA., lembaga yang berfungsi sebagai government watchdog.
Saran ini ditawarkan setelah upaya terakhir yang gagal (18 - 22 Maret lalu). Robot yang dikirim ke Reaktor No.1 untuk memeriksa lokasi dimanan puing-puing bahan bakar berada. Informasi ini penting untuk mempersiapkan proses penutupan reactor nuklir ini. Menurut Tepco, ada gundukan seperti pasir dalam pipa yang menghalangi jalannya robot.
Tokyo Electric Power Co., (Tepco) yang mengoperasikan reactor mengatakan robot gagal membawa kamera ke titik dimana puing-puing bahan bakar bisa difoto.
Tumpukan puing bahan bakar diperkirakan ada dagian bawah reactor yang terbenam dibawah air. Salah satu robot berhasil menempatkan kamera dan dosimeter (alat yang digunakan untuk mengukur tingkat radiasi pengion yang diterima setiap orang yang sedang berada di medan radiasi) di kedalaman 0.3 meter dari dasar reaktor yang terendam air. Tapi gagal mengambil foto puing-puing didalam air.
Tepco dan pemerintah Jepang menjadwalkan bisa memindahkan bahan bakar nuklir yang meleleh itu mulai 2021, namun mereka belum bisa mengumpulkan informasi dimana lokasi bahan bakar itu berada, seberapa banyak dan dan kondisinya bagaimanana. Robot lain yang melakukan pemeriksaan di Reaktor No. 2 pada bulan Februari lalu terjebak di tumbukan puing-puing hanya dua meter dari titik start. Robot-robot pemeriksa yang dikirim ke reactor no 1 sampai reakto no. 3 dikembangkan oleh International Research Institute for Nuclear Decommissioning sejak 2014. Biayanya diperkirakan mencapai 7 miliar Yen hingga akhir Maret 2014.