18 October 2019
dilihat 176x
Mobilku.com - Perusahaan mobil asal Inggris telah menghabiskan lebih dari 500 juta Pounds ($628 juta AS) dalam persiapan menghadapi Brexit, memperingatkan pemerintah untuk melawan sebuah kesepakatan dengan Uni Eropa untuk mengamankan masa depan industri otomotif.
Meninggalkan Uni Eropa akan mengancam berbagai pekerjaan dan kelangsungan jangka panjang dari sektor ini, ujar Society for Motor Manufacturers and Traders pada hari Selasa. Sebelum tanggal 31 Oktober ini, sepertiga perusahaan otomotif Inggris telah memangkas pekerjaan dan 77 persennya telah melihat dampak buruk hal ini terhadap bisnis tersebut.
Minggu lalu, Nissan Motor Co. mengeluarkan peringatan melawan hasil "tidak sepakat" dengan mengatakan bahwa biaya yang dikenakan pada ekspor mobil ke Uni Eropa dapat membuat operasinya di Inggris tidak berjalan. Estimasi sebelumnya pada bulan Juni untuk biaya persiapan keluar dari Uni Eropa tersebut adalah sekitar 330 juta Pounds, ujar juru bicara SMMT.
Biaya ekspor akan membuat mobil produksi lokal tidak kompetitif ketika dijual di Eropa. Dengan semakin dekatnya batas waktu Brexit, para perusahaan mobil telah membuat peringatan keras tentang dampak Brexit dan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampaknya terhadap operasi mereka.
Toyota mengatakan bahwa mereka akan menghentikan produksi secara sementara pada tanggal 1 November dan akan kembali melanjutkannya pada 4 November dengan persediaan inventaris yang telah disimpan selama 2 hari.
Nissan menyebutkan bahwa mereka mungkin saja memindahkan beberapa kegiatan produksinya keluar Inggris jika negara tersebut meninggalkan Eropa tanpa sebuah kesepakatan. Nissan yang mengirim 70% produknya yang berasal dari Inggris ke Uni Eropa mendesak pemerintah untuk mendukung industri otomotif dengan mendukung blok untuk tidak memberlakukan biaya wilayah.
BMW AG berencana menghentikan produksinya pada pabrik Mini di Oxford selama 2 hari dari tanggal 31 Oktober dan mengatakan bahwa mereka akan mengurangi hasil produksinya dengan meniadakan sebuah jam kerja ketika Brexit terjadi.
Pada minggu pertama di bulan November, Jaguar Land Rover juga akan menghentikan operasi selama seminggu tanpa mempedulikan hasil kesepakatan tersebut. CEO Ralf Speth mengatakan bahwa ketidakpastian tentang Brexit sangat menyulitkannya dalam merencanakan logistik dan membuat perusahaannya bergantung pada beberapa vendor di Eropa untuk komponen-komponennya.
0 Komentar
Tambah Komentar