https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/logoHeader.png
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/human-logo.png
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/3fcbf6f9-4a05-4ca6-89b5-458fe43dbda0.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/3fcbf6f9-4a05-4ca6-89b5-458fe43dbda0.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/3fcbf6f9-4a05-4ca6-89b5-458fe43dbda0.jpeg

China Memasang Robot Paling Banyak di Dunia

25 August 2017

dilihat 90x




Revolusi Robot yang dihela Presiden China Xi Jinping sejak 2014 membuat negara itu sangat bersemangat memasang robot baru. Tahun lalu negara itu memasang sekitar 90 ribu robot baru, paling banyak didunia. Atau sekitar sepertiga dari total robot yang dipasang tahun lalu. Estimasi International Federation of Robotic (IFR), China berambisi menggandakan pemasangan robot baru hingga dua kali lipat pada 2019 atau 160.000 unit.

Meskipun melangkah cepat, China masih dalam posisi mengejar. Posisinya masih dibelakang negara-negara seperti Korea Selatan dan Singapura. Kepadatan populasi robot masih dibawah rata-rata dunia berdasarkan data IFR. Dalam lima tahun, China akan fokus pada otomatisasi robot di sektor produksi mobil, elektronik, perangat rumah tangga, logistik dan makanan.

Pemerintah China juga ingin meningkatkan pangsa pasar robot merek China di pasar dunia yang nilai USD 11 miliar. Targetnya lebih darii 50 persen dari total volume penjualan 2020. Pada tahun itu pemerintahh menargetkan produksi robot mencapai 100.000 robot pertahun. Sebagai pembanding tahun 2015 China memproduksi 33.000 robot. Ini akan menjadi ancaman bagi perusahaan asing yang sekarang memasok 67 persen kebutuhtan robot China seperti Fanuc Corp. Jepang dan Yaskawa Electric Corp, Jepang.

Robot menjadi unsur terpenting dari kampanye Made In China 2025, dimana pemerintah mendorong upgrade pabrik dari yang padat tenaga kerja dengan sistem perakitan ban berjalan menjadi padat teknologi dan otomatisasi lewat robot. menggantikan pola padat karya juga mengantisipasi menyusutnya jumlah penduduk dengan usia produktif.

Menurut laporan Bloomberg Intelligence pekan ini, langkah kilat itu diperkirakan akan mempengaruhi ekonomi global. Otomatisasi dengan robot akan meningkatkan produktifitas dan daya saing ekspor. Tapi, seiring meningkatkanya penggunaan robot juga mengancam ketidakseimbangan pendapatan domestik dan menekan konsumsi. Dan kondisi ini bisa merembes keluar negara itu.

"Dengan percepatan pasokan dan menekan permintaan, otomatisasi memperburuk resiko ketergantungan China terhadap pertumbuhan yang didorong ekspor, sekaligus mengancam harapan adanya keseimbangan yang lebih baik antara ekonomi domestik dan global," tulis pakar ekonomi Bloomberg Intelligence Tom Orlik dan Fielding Chen.

"Peningkatann penggunaann robot harus menjadi berita buruk bagi pekerja dengan ketrampilan menengahh, terutama di sektor=sektor yang mengandalkan pekerjaan rutin yang bisa dilakukan otomatisasi," tambahh Orlik dan Chen. "Namun pertumbuhan upah buruh di China tetap tinggi dan jika ada pekerja trampil menengah mereka melakukan lebih baik daripada rata-rata."

Revolusi Robot juga akan meningkatkan ketakutan akan ketidaksetaraan yang lebih besar karena keuntungan produktivitas akan meningkat pada pemilik modal dengan mengorbankan pekerja. Hal itu mungkin akan memperburuk pengeluaran rumah tangga dan mungkin menunda peralihan menuju ekonomi berbasis konsumen, kata Orlik dan Chen.

"Kombinasi pasar yang domestik yang sangat besar, transfer teknologi yang dipacu kebijakan pemerintahh dari luarnegari ke perusahaan-perusahaan domestik dan pembiayaan dari pemerintah terbukti sangat-sangat efektif."

0 Komentar


Tambah Komentar