Industri otomotif Thailand terkejut dengan rencana Toyota Motor Thailand memangkas pekerjanya hingga 800 orang.
"Tekanan terhadap industri otomotif Thailand yang memicu program ini," kata Phuphal Samata, President of Toyota Thailand Worker's Union mengaitkan dengan pasar domestik maupun ekspor yang lesu. Kapasitas produksi Toyota Thailand sekarang hanya 60 -70 persen dari kapasitas terpasang.
Program pelangsingan ini ditujukan pada pekerja kontrak yang jumlahnya 40 persen dari 16,477 orang karyawan pabrik Toyota di negeri itu. Karena bersifat sukarela, para pekerja yang berminat diminta untuk mendaftarkan diri paling lambat 9 Juli. Mereka nantinya mendapat kompensasi sesuai UU perburuhan, bonus 16 hari dan 30 hari gaji tambahan.
Menurut Phuphal, pekerja yang dirumahkan dijanjikan bisa mendapatkan kembali pekerjaannya di posisi yang ditinggalkan dalam setahun.
Seorang pejabat Toyota Thailand menjelaskan program pengurangan pekerja sukarela ini karena kondisi perusahaan sangat sulit. Selain lesunya pasar domestik, situasi pasar internasional semakin tidak menentu menyusul keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
"Toyota sudah berupaya merotasi karyawan antar pabrik-pabriknya untuk menyesuaikan skala ekonomi dan melambatkan waktu produksi agar tidak ada PHK," katanya pada Bangkok Post namun menolak menyebut indentitasnya.
Pabrik pertama Toyota di Thailand beroperasi tahun 1962 yang kemudian berkembang menjadi tiga pabrik dengan total kapasitas terpasang 760.000 unit pertahun. produksinya mulai pickup Hilux hingga sedan Corolla dan Camry.
Penjualan dipasar domestik dalam lima bulan pertama tahun ini mencapai 87.715 unit turun 13.4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan kondisi pasar domestik yang lesu, Toyota Thailand memprediksi penjualan tahun ini hanya 240.000 unit, turun 9,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini menandakan penurunan ke-empat berturut-turut dalam empat tahun terakhir.
Toyota Thailand mengekspor ke 100 negara didunia. Tahun lalu eskpor Toyota Thailand turun 12 %, hanya 376.763 unit. Ini penurunan kedua dalam dalam dua tahun berturut-turut.T oyota menargetkan bisa mengekspor 370.000 unit tahun ini, turun 1,8 persen.