https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/logoHeader.png
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/human-logo.png
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/f9d898a9-9644-486b-a4b0-1b02e4c24b57.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/20d1528a-a337-4cc0-8b68-47c7686fd2a8.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/d6bcfd2b-1032-49ec-819c-7ac77d2fda5e.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/fe3c6ccc-21a2-4543-8296-57b6acc266c3.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/8ee0276f-0bfa-4cce-83de-911bd5372143.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/f9d898a9-9644-486b-a4b0-1b02e4c24b57.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/20d1528a-a337-4cc0-8b68-47c7686fd2a8.jpeg

Ternyata Ini Alasan Kenapa Kelas Menengah Berat Untuk Beli Mobil Baru

31 July 2024

dilihat 242x

Mobilku.com - Penjualan mobil baru di Indonesia masih berkutat pada angka 1 juta unit dalam beberapa tahun terakhir. Dan tampaknya, penurunan penjualan tersebut disebabkan daya beli masyarakat yang melemah.


Agus Purwadi, peneliti otomotif dan Akademisi ITB Bandung, mengatakan, tak mudah mengembangkan pasar otomotif apalagi mobil baru di mana harga mobil semakin tinggi. "Otomotif itu istilahnya investasi kedua setelah rumah, nilainya, boleh dikatakan, kalau mobil, kalau motor hanya berkembang. Karena mau tidak mau level ekonomi dari negara sangat menentukan," kata Agus.


Agus mengatakan pembeli mobil baru ialah orang-orang yang masuk kelas menengah yang saat ini jumlahnya berkisar 18 juta orang. Namun, berbeda dengan masyarakat yang berada di lapisan bawah, kelas menengah terhimpit oleh banyaknya pajak yang diberikan pemerintah termasuk pajak mobil baru. 


Hal ini yang membuat kemampuan beli kelas menengah jadi semakin kecil dan berimbas pada penjualan mobil baru. "Sekarang boleh dikatakan insentifnya kurang jika dibandingkan yang (masyarakat) bawah. Karena yang bawah itu banyak bantuan sedangkan (di kelas) menengah banyak pajak," ujar Agus.


"Apalagi nanti diwacanakan pajak asuransi (TPL), padahal saat kita kredit pasti sudah ada asuransinya. Jadi ada tambahan-tambahan akibatnya saya tidak mampu beli, kalau saya tidak mampu beli industri mati yang tumbuh barang bekas," ujarnya.


Agus mengatakan, penjualan mobil baru stagnan karena pendapatan perkapita naik tapi uangnya tidak bisa mengejar harga mobil karena inflasi. Agus juga memberikan contoh perbedaan pajak di Indonesia dan Thailand. Untuk mobil bahan bakar konvensional pajak di Indonesia mencapai 40 persen sedangkan di Thailand hanya 32 persen.



0 Komentar


Tambah Komentar