Samsung melibatkan ratusan tenaga ahlinya untuk melakukan investigasi kasus Galaxy Note 7 yang hasilnya sudah diumumkan Senin (24/1/2017)
Samsung mengatakan bahwa selama beberapa bulan terakhir dalam investigasi ini Samsung melibatkan sekitar 700 peneliti dan insinyur, dan Samsung menguji 200.000 unit Galaxy Note7 dan hasilnya lebih dari 30.000 baterai Note 7 bermasalah.
Untuk mengembalikan kepercayaan konsumen, pabrikan smartphone asal Korea Selatan tersebut menerapkan beberapa langkah untuk menguji kelayakan baterai lithium ion.
uji daya tahan tersebut meliputi inspeksi visual, x-ray, uji pengisian dan pengosongan daya, tes total komposisi organik volatil (TVOC), uji pembongkaran, uji percepatan penggunaan, serta uji tegangan rangkaian terbuka.
Bahkan saking seriusnya, Samsung membentuk dewan penasihat berkaitan dengan masalah baterai yang terdiri dari akademisi Cambridge, Berkeley, dan Stanford.
Uji pengisian dan pengosongan daya, TVOC, dan uji percepatan penggunaan merupakan langkah pengujian baru yang diterapkan Samsung. Langkah ini berguna untuk menguji baterai apakah berfungsi dengan baik saat melakukan pengisian. Sementara pengosongan daya baterai dilakukan untuk memeriksa kerusakan ponsel.
Langkah pengujian sendiri akan dilakukan Samsung terhadap semua baterai lithium ion pada produknya, bukan hanya pada produk phablet atau baterai yang akan terpasang pada Galaxy S8 sebagai produk yang akan diluncurkan.
Dari hasil penyelidikannya, Samsung menjelaskan kegagalan Galaxy Note 7 karena desain baterai yang buruk dan efek Samsung terburu-buru dalam membuat Galaxy Note 7 untuk merilis versi update dari ponsel, membuat Samsung Galaxy Note 7 gagal total.