28 December 2023
dilihat 243x
Mobilku.com - Indonesia diketahui memang punya cadangan nikel yang cukup kaya. Seharusnya, ini bisa berdampak positif terhadap perkembangan industri mobil listrik lokal bahkan dunia. Sayangnya, tidak semua baterai mobil listrik generasi terbaru menggunakan bahan nikel.
Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia disebut memiliki cadangan nikel sebesar 72 juta ton nikel. Jumlah tersebut merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton.
Karena itu, pemerintah Indonesia berupaya untuk melakukan hilirisasi nikel untuk menciptakan ekosistem kompetitif di rantai nilai baterai lithium dan kendaraan listrik.
Seperti diketahui, nikel menjadi salah satu bahan utama dari baterai jenis NMC (LiNiMnCoO2), salah satu jenis baterai lithium-ion yang paling sukses di pasar. Baterai ini kombinasi 3 logam utama dengan komposisi relatif sama: nickel-mangan-cobalt.
Meski demikian, pabrikan mobil listrik asal China BYD tampaknya tidak lagi butuh nikel dari Indonesia. Sebab, sejumlah model mobil listrik yang bakal dibawa ke Indonesia seperti BYD Seal, BYD Atto 3, dan BYD Dolphin sudah menggunakan baterai berjenis Lithium Iron Phosphate atau LFP.
”Karena memakai baterai LFP, kami memang tidak butuh nikel,” kata General Manager BYD Asia-Pacific Auto Sales Division Liu Xueliang saat ditemui di kantor pusat BYD di Shenzhen, China.
Liu mengatakan, sejak bertahun-tahun lalu BYD memang fokus untuk mengembangkan baterai berjenis LFP. Bahkan, saat ini teknologi baterai LFP mereka yang disebut Blade adalah yang terdepan.
mengapa fokus ke jenis LFP? Liu mengatakan, dibandingkan dengan Lithium-ion ataupun NCM, baterai LFP jauh lebih safety. Tidak hanya aman dalam hal suhu panas, tapi juga sangat durable bahkan baterai ini tahan ditusuk. Liu menegaskan prioritas utama BYD dalam pengembangan kendaraan listrik adalah soal safety.
“Kami akan menempatkan LFP sebagai strategi utama. Fokus kami yang pertama adalah safety. Nomor dua juga safety. Karena itu kami percaya baterai LFP cocok untuk produksi massal karena lebih aman," ujar Liu.
0 Komentar
Tambah Komentar