Mobil-mobil tanpa pengemudi sebentar lagi jadi barang normal yang ada dimana-mana. Kehadirannya mungkin lebilh cepat dari yang diperkirakan. Nah, sebagian orang mulai membayangkan kondisi-kondisi yang mungkin terjadi dengan kehadiran mobil canggih ini. Diantaranya beberapa pertanyaan etis seperti, apakah mobil tanpa pengemudi harus mementukan siapa yang hidup dan siapa yang mati pada saat kecelakaan. Ada juga pertanyaan, apakah mobil driverless bisa memilih menabrakan bis sekolah yang penuh anak-anak atau mengorbankan penumpangnya saat kecelakaan.
Ada pertanyaan dari Rand Corp. sebuah perusahaan tinkthank papan atas dari Amerika Serikat. Perusahaan ini melontarkan pertanyaan bagaimana penegak hukum berurusan dengan driverless car. Apakah polisi memiliki otoritas untuk menghentikan mobil tanpa kemauan pengemudi, dengan semacam remote control.
Menurut Rand, mobil tanpa pengemudi ini di program untuk berhenti di lampu merah dan rambu tanda berhenti. Juga harus diprogram untuk berhenti saat petugas polisi menghentikannya. Era mobil driverless dinanti dengan harap-harap cemas. Pertanyaan mendasar tentang siapa yang bertanggungjawab terhadap mobil saat menghadapi kecelakaan juga belum terjawab. Apakah pemilik mobil atau perusahaan pembuatnya.
Hal itu masih menjadi perdebatan, dan belum mencapai kesimpulan. Sementara itu, teknologi mobil driverless semakin matang. Pengujian yang dilakukan semakin rumit dan sulit.