Keputusan Presiden Trump untuk melarang pengungsi dari 7 negara Islam masuk ke Amerika Serikat dalam 90 hari memicu protes Perusahaan teknologi di Amerika Serikat.
Keputusan menghalangi masuk pengungsi dari Suriah dan menangguhkan perjalanan menuju AS dari Suriah dan enam negara lain, yang diambil demi "menjaga keamanan negara", menyebabkan penahanan atau pengusiran ratusan orang, yang tiba di sejumlah bandar udara AS.
Puluhan ribu orang melakukan unjuk rasa di beberapa kota dan bandar udara Amerika Serikat untuk mengecam kekejaman Keputusan Presiden Donald Trump itu, yang membatasi masuk pendatang dari tujuh negara berpenduduk sebagian Muslim.
Di New York, Washington, dan Boston, unjuk rasa gelombang kedua terjadi menyusul gerakan spontan di sejumlah bandar udara Amerika Serikat pada Sabtu, saat Lembaga Perlindungan Perbatasan dan Bea Cukai AS menjalankan Keppres tersebut. Unjuk rasa menyebar ke barat pada hari itu juga.
Protes juga ditunjukkan banyak korporasi di Amerika Serikat. Google dan Apple juga menyatakan kekecewaanya pada kebijakan Presiden AS ke-45 ini. Perusahaan teknologi ini sangat tergantung pada para insinyurnya yang berasal dari seluruh dunia, termasuk ke-tujuh negara itu. "Apple tidak akan ada tanpa imigrasi, apalagi berkembang dan berinovasi seperti yang kami lakukan," tulis Cook, mengacu pada pendiri Apple Steve Jobs, yang merupakan seorang putra dari imigran Suriah. CEO Google Sundar Pichai mengatakan bahwa setidaknya ada 187 karyawan Google yang dapat terpengaruh oleh kebijakan Trump tersebut.
Masing-masing menunjukkan dukungan pada para imigran itu dengan cara yang berbeda. Sebut saja Viber -perusahaan teknologi yang menawarkan sambungan telepon ke mana saja. Perusahaan Amerika ini menawarkan sambungan gratis ke negara-negara yang terdampak kebijakan Trump yaitu Iran, Iraq, Syria, Yaman, Somalia, Sudan, dan Libya. Sambungan itu untuk perangkat ponsel maupun telpon rumah. Dalam website-nya Viber mengatakan layanan ini akan membantu mereka mengurangi satu penghalang untuk berhubungan dengan keluarganya di negera asalnya. Viber tidak menyebutkan durasi dan kapan layanan ini dihentikan.
Sementara jaringan kedai kopi asal Seattle, AS, Starbuck mengumumkan rencana untuk merekrut puluhan ribu imigran untuk dijadikan pegawai. Pengumuman itu dikeluarkan dua hari setelahh pelarangan Trump. Secara bertahap Starbuck akan merekut para imigran sebagai pekerja di gerai-gerai mereka yang tersebar di 75 negara. ///