06 August 2024
dilihat 115x
Mobilku.com - Saat dunia mulai berencana untuk transisi menggunakan kendaraan listrik dan sumber daya terbarukan, ternyata ada ancaman besar yang mengintai, yakni efek penambangan Lithium yang sangat masif.
Lithium adalah komponen kunci dalam baterai yang dibutuhkan untuk kendaraan listrik dan penyimpanan energi terbarukan, yang sangat penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Namun, di sisi lain, proses ekstraksi dan produksi lithium sejatinya memerlukan sejumlah besar air dan berpotensi mencemari sumber daya air, terutama di daerah yang sudah mengalami kekurangan air.
"Mitigasi perubahan iklim terkadang dapat mempersulit masyarakat dan lingkungan yang sudah berada di bawah tekanan ekstrem untuk dapat beradaptasi dengan perubahan iklim," kata James J.A. Blair, seorang profesor madya geografi dan antropologi di California State Polytechnic University.
James juga mengatakan bahwa tempat-tempat yang mengalami kekeringan atau suhu panas ekstrem adalah wilayah yang paling mererasakan dampak perubahan iklim tersebut. Oleh karena itu, kita perlu benar-benar menyadari masalah pasokan air yang terkait dengan beberapa industri yang dimaksudkan untuk mendukung transisi energi.
Proses penambangan lithium, mulai dari ekstraksi mineral hingga pemrosesan, memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan, terutama pada kualitas dan kuantitas air. Masyarakat yang tinggal di dekat tambang lithium, seringkali masyarakat adat atau komunitas marginal, yang mau tidak mau akan menanggung kerusakan lingkungan yang disebabkan.
Saat ini baterai ion lithium (Li) merupakan jenis yang paling banyak dipakai oleh mobil listrik. Permasalahannya, baterai litium sangat susah didaur ulang. Salah satu alasannya adalah metode daur ulang baterai yang tradisional, seperti metode timbal-asam.Cara ini diketahui tidak bekerja dengan baik untuk baterai Li, sehingga diprediksi limbah baterai mobil listrik akan menumpuk dalam 10 hingga 20 tahun kedepan.
0 Komentar
Tambah Komentar