05 November 2024
dilihat 64x
Mobilku.com - Transisi energi di sektor transportasi dari internal combustion engine ke battery electric vehicles memang sedang digaungkan di hampir seluruh dunia. Namun pakar dan akademisi memiliki pandangkan untuk tetap waspada agar transisi ini tidak menimbulkan masalah baru, terutama hilangnya pekerjaan di beberapa sektor.
Seperti diketahui, banyak suku cadang untuk kendaraan bensin yang tidak digunakan pada kendaraan listrik khususnya battery electric vehicle (BEV). Transisi energi dari ICE ke BEV menjadi hal yang menantang.
Dr. Alloysius Joko Purwanto, Energy Economist dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) mengatakan Industri otomotif sudah cukup terbangun dengan mobil konvensional atau sering disebut internal combustion engine, dan transisi menuju elektrifikasi merupakan sebuah tantangan yang besar.
“Sekarang tinggal bagaimana kita bisa transisi mobil listrik secara industri, ekonomi, dan dampaknya pada pengurangan gas rumah kaca, itu suatu tantangan besar," kata Dr. Alloysius.
Dr. Alloysius juga mengatakan sebenarnya masih ada alternatif teknologi lain seperti bioetanol, biofuel, dan hidrogen. Teknologi ini mampu memperkuat transisi energi, namun tantangan terkait biaya, teknologi, dan ketersediaan bahan baku masih menjadi kendala.
"Sekali lagi kalau kita berhasil menangkap peluang, kita perlu kebijakan yang bisa diarahkan menangkap peluang. Dari sisi otomotif, kendaraan listrik itu industri akan memerlukan lebih sedikit tenaga kerja dibandingkan sektor otomotif ICE," tambahnya lagi.
Dr. Alloysius berharap agar pemerintah dapat mengidentifikasi sektor apa saja yang benar-benar perlu melakukan transisi. "Ini harus diidentifikasikan pemerintah. Maksudnya pertanian, atau sektor industri lainnya, jasa dan lain-lain. Itu dipetakan dan didukung oleh pendidikan, pendidikan kita harus mengarah ke sana, tidak bisa kita melepaskan ke mekanisme pasar saja, percaya saya akan banyak pengangguran," tambahnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Deendarlianto, S.T., M. Eng lebih lanjut mengungkapkan saat mendorong penggunaan energi terbarukan harus membangun industri dalam negeri terlebih dahulu. "Ketika pengurangan emisi Co2 mendorong energi terbarukan ya. Tapi jangan sampai ketika mendorong energi terbarukan. Impor malah menjadi-jadi," ujar Deen.
Green jobs merujuk pada pekerjaan yang mendukung dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan, pelestarian lingkungan, dan pengurangan dampak negatif terhadap ekosistem. Pekerjaan ini bertujuan untuk meminimalkan jejak karbon, mengurangi polusi, dan mendukung pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Green jobs melibatkan bidang-bidang seperti energi terbarukan, efisiensi energi, manajemen limbah, transportasi berkelanjutan, dan pertanian berkelanjutan.
"Bisa saja ketika bicara biodiesel, dimulai dari resources, kemudian juga cleaning, kemudian pressing, sampai kepada menghasilkan sumber daya energinya, standarisasi, testing kalau kita bisa membuat pohon industrinya. Banyak sekali bisa dibangun," tambahnya.
0 Komentar
Tambah Komentar