Mitsubishi menghentikan produksi dan penjualan semua mobil yang terpengaruh yaitu eK Wagon, eK Space, dan Dayz Roox. Nissan juga menghentikan semua model yang Dayz. Total ada 157,000 unit Mitsubishi dan 468,000 unit Nissan. Penghentian produksi ini menyusul pengakuan Mitsubishi telah memanipulasi pengujian efisiensi bahan bakar di Jepang.
Mitsubishi memproduksi kei car (mobil mungil dengan mesin maksimal 660 C) Mitsubishi eK. Nissan kemudian membeli dari Mitsubishi dan memasarkannya dengan merek Nissan Dayz. Kerjasama seperti ini lumrah. Termasuk di Indonesia seperti Suzuki Ertiga yang dipasarkan Mazda dengan nama VX1.
Sebagai partner dan pembeli, Nissan melakukan pengujian internal terhadap peforma mobil yang akan dipasarkan. Dalam pengujian itu Nissan mendapati efisiensi bahan bakar yang disampaikan Mitsubishi lebih besar dari hasil pengujian internal.
Menurut Bloomberg, Mitsubishi mengakui curang dengan memodifikasi beban kendaraan saat tes. Sehingga mobil terlihat lebih efisien. Menurut Mitsubishi, mereka menggunakan angka running resistance berbeda (kombinasi resistan yang disebabkan ban dan udara saat mobil bergerak) dari yang diharuskan lembaga uji mobil Jepang.
Dalam pengakuannya, Mitsubishi mengakui pengujian yang dilakukannya memberi angka efisiensi lebih besar dari kenyataan dalam penggunaan sehari-hari. Perbedaan inilah yang kemudian diketahui Nissan dalam uji internalnya.
Manipulasi data seperti ini tidak sehebat Volkswagen yang dituduh menggunakan software khusus sehingga bisa mendeteksi kapan saat mobil di uji. Begitu mobil mendeteksi sedang diuji, peforma dieselnya berubah dan menghasilkan emisi yang memenuhi standar.