Toyota mulai menjalankan pabrik-pabriknya yang tutup setelah dua gempa berturut-turut menggoyang Pulau Kyushu, Jepang dua pekan lalu. Secara bertahap-tahap pabrik-pabrik itu mulai berproduksi seiring pulihnya jaringan distribusi dan pasokan komponen.
Toyota menghentikan produksi pabrik-pabriknya sejak 18 April lalu gara-gara terputusnya pasokan komponen untuk produksi mobil. Toyota yang menerapkan sistem stok terbatas itu hanya memiliki cadangan komponen satu dua hari saja. Sistem ini memang murah, karena tidak perlu menyiapkan gudang dan sistem logistic yang rumit untuk mengelola stok. Kelemahanya, bila ada gangguan, produksi bisa stop.
Namun tidak semua pabriknya bisa beroperasi. Dua pabrik diantaranya masih belum bisa pulih. Salah satunya adalah pabrik di Motomachi. Salah satu model yang diproduksi di pabrik ini adalah Toyota Mirai, model Toyota pertama yang menggunakan teknologi fuel cell. Pabrik lainnya adalah pabrik Miyata yang memproduksi Lexus NX, RX, ES, GS dan CT.
Penghentian produksi pabrik-pabrik Toyota di Jepang bukan yang pertama pada tahun ini. Sebelumnya terjadi Januari lalu. Gara-gara ledakan di pabrik baja Aichi Steel yang dioperasikan salah satu anak perusahaan Toyota menyebabkan pasokan komponen dari baja terhenti.
Saat itu Toyota menghentikan seluruh jalur produksi di Jepang dari 8 Februari hingga 13 Februari. Menurut analisa Kurt Sanger, analis otomotif Deutsche Securities Japan yang dikutip Automotive News Europe, gara-gara stop produksi satu pekan itu menyebabkan kehilangan produksi hingga 90.000 unit mobil. Nilainya mencapai 50 – 70 miliar Yen.