Ketika regulasi emisi semakin ketat dan harga bahan bakar semakin tinggi, konsumen menuntut mobil yang semakin efisien dan ramah lingkungan tanpa kehilangan keasyikan berkendara.
Rute yang banyak diambil pabrikan otomotif dunia adalah downsizing. mengecilkan kapasitas mesin agar efisiensi tercapai. Plus turbocharging untuk mendapatkan peforma tinggi. Merek-merek Eropa banyak menempuh rute ini.
Toyota beda. Produsen mobil terbesar di dunia ini justru menempuh rute yang terlihat aneh. Menambah kapasitas mesin dan mengabaikan kemampuan turbo. Hal itu terlihat pada mesin baru yang akan digunakan oleh facelift Yaris di Eropa.
Kapasitas mesin baru naik 200 cc, Dengan kenaikan kapasitas mesin daya maksimal naik dari 84hp menjadi 111 hp dan torsi menjadi 100 Nm. Akselerasi dari 0 - 100 km dicapai dalam 11 detik, naik 0.8 detik dari versi sebelumnya.
Meskipun power meningkat namun tujuan utama dari mesin baru ini adalah emisi gas buang. Mesin ini merespon standar baru Euro 6C. Juga uji Real Driving Emission Test yang berbeda dengan pengujian cara lama.
Untuk mengejar emisi serendah mungkin, Toyota menerapkan pendekatan berbeda. Dengan desain piston dan ruang pembakaran yang baru dihasilkan rasio kompresi 13,5: 1 dan pencampuran udara/uap bensin yang sempurna setiap saat. exhaust-gas recirculation yang didinginkan membantu menurunkan suhu pembakaran yang selanjutnya meminimalisir kemungkinan terjadi efek knocking, meskipun dengan rasio kompresi tinggi.
Terobosan lain, siklus kerja termodinamika mesin bisa berubah-ubah tergantung kondisi pengendaraan. Pada saat beban mobil ringan, mesin bekerja dengan siklus Atkinson. Siklus Atkinso -dipakai dimesin Prius- saat irit bahan bakar tapi tenaga yang dihasilkan kecil. Saat beban mobil bertambah, siklus Atkinson berubah menjadi siklus Otto yang bisa menghasilkan tenaga lebih besar. Hasilnya efisiensi bahan bakar meningkat 12 persen.