https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/logoHeader.png
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/human-logo.png
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/2729f09e-8bf5-4aa0-baf2-f9b3fcc21bdc.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/75a68d75-c2e8-49eb-b89c-d7187960d72b.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/3c266cf7-9251-49b6-b8b8-b793f1fd9663.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/095f683e-b94d-40b4-8a45-0e615ba1fbfe.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/ad5c5b97-f446-400f-b6e4-2be73445996d.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/2729f09e-8bf5-4aa0-baf2-f9b3fcc21bdc.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/75a68d75-c2e8-49eb-b89c-d7187960d72b.jpeg

Ikuti Cara Hyundai, BYD China Banyak Rekrut Karyawan Toyota Di Indonesia

26 September 2024

dilihat 178x

Mobilku.com - Produsen mobil di Indonesia kini sedang kesusahan menjaga karyawannya agar tak tergoda pindah kantor ke pabrikan China yang sedang jor-joran investasi mobil listrik di dalam negeri.


Menurut laporan dari Nikkei Asia, pemburu tenaga kerja alias headhunter yang sedang gencar adalah BYD. Pabrikan China tersebut bakal mendirikan pabrik 150 ribu unit per tahun di Subang, Jawa Barat dengan komitmen investasi sekitar Rp15,1 triliun. Bagi BYD dan produsen mobil China lainnya yang memutuskan berbisnis di Indonesia, produsen Jepang yang sudah puluhan tahun berada di Tanah Air merupakan tempat ahli dan orang bakat berkumpul.


Toyota, yang saat ini memimpin pasar mobil di dalam negeri, sudah beroperasi sejak 1970-an. Sementara merek Jepang sekarang menguasai lebih dari 90 persen penjualan mobil baru didukung tenaga kerja produksi dan penjualan yang berpengalaman.


Sebelum produsen China, para profesional yang kerja di pabrikan Jepang sudah diincar oleh Hyundai. Hyundai diketahui menawarkan paket kompensasi menarik untuk mencari pekerja tingkat eksekutif dari produsen Jepang. Beberapa eksekutif di perusahaan manufaktur Jepang dikatakan ditawari gaji dua hingga tiga kali lipat dari yang mereka terima.


Perusahaan konsultan Deloitte Tohmatsu memaparkan berdasarkan survei yang dilakukan tahun lalu bahwa kekurangan karyawan menjadi faktor risiko terbesar perusahaan Jepang di Asia Tenggara, China dan negara serupa lainnya. Faktor ini diungkap 35 persen dari semua responden, naik 10 poin dari 2019.


Keberhasilan headhunter merekrut pekerja menunjukkan bisnis perusahaan Jepang menjadi kurang diminati sebagai pemberi kerja. Di banyak negara Asia Tenggara, persentase karyawan ingin bekerja di perusahaan Jepang turun sekitar 10 persen dibanding 2019, berdasarkan survei pada 2020 oleh Persol Research and Consulting.


Gaji rendah telah menghambat upaya perekrutan pekerja internasional untuk bekerja di Jepang dibanding negara lain misal India. Sebelumnya insinyur teknologi informasi bisa mendapatkan gaji 50-100 persen lebih besar di Jepang dibanding India, menurut salah satu startup teknologi informasi di Jepang.




0 Komentar


Tambah Komentar