Akhir pekan kemarin, mobil-mobil paling irit di Asia saling berlomba untuk menentukan yang terbaik di Luneta Park, Manila, Filipina dalam ajang Shell Eco Maratahon 2015. Kompetisi tahunan ini menantang para mahasiswa untuk menciptakan mobil yang bisa menempuh jarak sejauh-jauhnya dengan konsumsi bahan bakar seminimal mungkin.
Dalam parade upacara pembukaan, 23 tim Indonesia diwakili oleh Tim Batavia Diesel dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang mengusung kendaraan berbahan bakar diesel dalam kategori Urban Concept, Tim Horas Mesin dari Universitas Sumatera Utara (USU) dengan bahan bakar ethanol dalam kategori Urban Concept dan Tim SapuAngin dari Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan bahan bakar diesel dalam kategori Prototype. Selain Indonesia dan tuan rumah, kompetisi ini juga di ikuti mahasiswa dari Australia, Bangladesh, Oman dan Saudi Arabia.
“Shell Eco-marathon adalah tempat inovasi diuji. Tempat di mana ide-ide cemerlang mengenai efisiensi energi dan rancang bangun yang cerdas dapat diuji secara nyata untuk pertama kalinya. Bisa jadi, salah seorang dari para mahasiswa ini kelak akan mendesain mobil masa depan yang sebenarnya,” ucap Hugh Mitchell, Chief Human Resources and Corporate Officer Shell, saat memimpin upacara pembukaan kompetisi.
Total ada 127 tim mahasiswa dari 17 negara dari Asia, Timur Tengah dan Australia ini berkompetisi di Shell Eco-Marathon Asia. Mereka bertanding di kategori Prototype atau UrbanConcept dan untuk kompetisi dengan jenis energi berikut: bensin, solar, bensin alternatif (ethanol 100), solar alternatif (Gas-to-Liquid Shell atau asam lemak metil ester), listrik baterai, sel bahan bakar hidrogen atau Compressed Natural Gas (CNG), sebuah jenis energi baru yang diperkenalkan untuk kompetisi pada 2015 ini. Shell Eco-Marathon Asia 2015 akan menyaksikan tiga tim menggunakan CNG untuk bahan bakar energi kendaraan mereka.